Brilsya

Personal Portfolio of common things about woman and motherhood

Friday, June 16, 2017

Aku dan Suara Apa Itu?


Saya pernah menyinggung bahwa buku anak tidak hanya bermanfaat untuk anak saja. Tetapi manfaat secara tidak langsung juga dapat dirasakan orang tua. Seperti pengalaman saya dengan buku terbitan @rabbitholeid yang satu ini. Judulnya Suara Apa Itu. Pertama kali saya mengenalkan buku ini ke anak saya, saya pernah mem-posting cerita saya mengenai 'Mindful Story Telling' ke akun saya pada tahun lalu. Pada saat itu saya gagal mendapat perhatian anak saya saat membacakan buku ini. Tetapi saya berpikir dan mencari cara agar dia dapat mengarahkan perhatiannya kepada saya. Kemudian saya baca kembali secara saksama cerita dari buku ini. Kemudian saya temukan, ternyata buku ini dengan sendirinya sudah memberi petunjuk agar kita lebih kreatif lagi dalam membacakan buku kepada anak. Selain fitur gambar dan warna yang menarik, buku ini juga mengkhususkan pencetakan huruf-huruf yang membentuk kata bunyi-bunyian dari setiap kendaraan yang diceritakan. Misalnya, suara pesawat yang berbunyi "WUUZ" dicetak dengan ukuran yang lebih besar, dan warna yang mencolok tetapi masih harmonis dengan nuansa warna pada halaman secara keseluruhan. Artinya suara "WUUZ" inilah yang menjadi fokus pada bagian cerita itu, dan itulah yang harus menjadi perhatian utama saya terlebih dahulu. Dengan kata lain, pada saat membacakan poin inilah yang harus saya lakukan dengan sungguh-sungguh. Saya kemudian mengambil 2 buah buku dan diletakkan di depan anak saya. Karena kalau hanya satu buku saja yg saya bacakan, dia akan berusaha merebut dan mengutak-atik buku itu dengan tangannya sendiri. Setelah saya biarkan dia mengambil salah satu dari dua buku yang saya berikan, saya ambil buku yang lain, dan pada saat itu buku yang tidak diambil adalah buku Suara Apa Itu. Kemudian saya bacakan lagi dengan sungguh-sungguh, terutama saat membunyikan suara "WUUZ" dan suara-suara lain dalam cerita. Dan saya berhasil mendapat perhatiannya ketika saya sungguu-sungguh mencoba menirukan suara-suara tersebut. Tetapi, ketika dia menoleh kepada saya, saya menyembunyikan wajah saya dengan buku pada posisi halaman yang dibaca. Kemudian saya menunjuk pada gambar kendaraan yang suaranya saya tiru. Dengan maksud untuk memberitahu kepada dia bahwa suara yang saya tirukan asalnya dari kendaraan yang saya tunjuk gambarnya.
Dari situlah saya belajar tentang mindful story telling kepada anak. Sebenarnya saya seorang pengagum prinsip mindfulness, tetapi masih sulit menerapkannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Mindfulness bisa diartikan seperti 'kesungguhan atau melakukan sesuati dengan penuh penghayatan'. Namun sebagai seorang wanita yang sudah menjadi seorang ibu, rasanya segala sesuatu tentang anak kita akan memberi motivasi untuk menjadikan diri kita yang terbaik bagi anak. Saya pun demikian. Saya ingin mendidik anak dengan kesungguhan dan kebaikan, dan jauh dari pengaruh-pengaruh negatif seperti kebencian dan sejenisnya. Tetapi kehidupan sehari-hari sering membuat kita kelelahan dan rentan emosi. Oleh sebab itu saya merasa penting untuk terus belajar mengenai prinsip mindfulness untuk diterapkan dalam kehidupan. Anak saya adalah motivasinya. Dan menghabiskan waktu yang berkualitas dengan anak akan sangat membantu proses belajar tersebut. Lalu mengapa aktvitas yang dipilih membacakan buku? Jawabannya sederhana, karena saya suka buku. Buku juga merupakan salah satu sumber yang saya andalkan dalam mempelajari tentang prinsip mindfulness (terutama buku favorit saya 'Door Duisternis Tot Licht, versi bahasa Indonesia tentunya 😆). Oleh sebab itu saya berpikir, buku jugalah yang akan membantu saya menerapkan apa yang saya pelajari. Maka saya memilih membacakan buku pada anak sebagai langkah awal saya menerapkan prinsip mindfulness dalam keseharian.
Tetapi perlu diingat juga, bahwa saya tidak selalu berhasil dalam membacakan buku pada anak. Ada pula saat-saat tertentu dimana saya teralu letih setekah pulang kerja, atau ada halangan-halangan lain yang saya temui. Tetapi itulah tantangan yang harus dihadapi, dan harus menjadi pemicu yang memberikan semangat yang lebih besar, dan semakin konsisten dalam membacakan buku pada anak. Sampai saat ini saya masiy berusaha untuk menjadi konsisten membacakan buku pada anak saya, dan menjaga motivasi utk menerapkan prinsip mindfulness dalam keseharian saya.
Oh ya, buku-buku yang saya pilih dan menjasi favorit saya ini dapat dilihat detail produk ataupun dipesan lewat @erichgoodbooks. 😊😊
Read More

Friday, January 13, 2017

Santai Sore di Day's Scoop


Tiba-tiba narsis dan ingin foto ootd nih. Karena saya dapat surprise dibelikan baju oleh suami,  di online shop sahabatnya Margareth Olshop. Bajunya berupa playsuit warna biru muda yang cocok banget dipakai santai.


Tapi bosan kalau foto di rumah saja dengan latar unfinished brick wall yang itu-itu aja. Jadilah ajak suami jalan-jalan sore. Kebetulan di tempat kami sering makan cotto Makassar,  di belakangnya ada semacam cafe yang menyediakan menu-menu dessert yang bikin penasaran untuk dicoba. Namanya Day's Scoop. Alamatnya di Jalan Raya Tomohon,  hampir berseberangan dengan UKI Tomohon. Sesampai di Day's Scoop,  saya dan suami turun duluan buat memesan menu. Sedangkan oma dan Erich nunggu di mobil dulu karena Erich ketiduran dengan lelapnya.

Karena niatnya hanya pengen santai,  jadi saya pesan Taiwan Dessert Chocolate,  yang isinya terdiri dari Chocolate Ice Cream,  Corn Flakes,  Canned Fruit,  dan Oreo Crumble. Rasanya enak. Dan snacknya saya pesan snack andalan saya,  yakni pisang goreng goroho. Dan rasanya yang mereka sediakan disini enak sekali ternyata. Saya suka karena pisang gorengnya natural,  tanpa penyedap berlebihan. Nah suami saya memesan sup ikan kuah asam, dan sop buah semangka. Saya ga sempat menyicip sop buahnya,  tapi kata suami saya enak. Sedangkan ikan kuah asamnya,  saya sempat icip kuahnya doang,  dan enak juga. Nah untuk mama saya,  pesanannya pisang goreng saos cokelat keju. Uh ini juga yummy lho. Oh iya,  ikan kuah asam yang dipesan suami saya,  saya kasih juga untuk makan malam Erich,  karena dia terbangun saat jam makan malamnya tiba. Tapi sayang saya tidak sempat memotret menu-menu lain selain ice cream saya, hehehe.


Untuk tempatnya sendiri,   saya suka. Pertama karena halaman parkirnya masih cukup luas. Jadi terkesan lega dan lapang,  cocok untuk santai. Interior desainnya juga terdapat beberapa item yang eye catching,  seperti tembok yang dicat dengan pola belang hitam putih seperti badan sapi perah,  lucu banget,  hehehe. Hal yang kurang saya suka, disaat malam mulai tiba,  banyak nyamuk gede yang beterbangan. Hmm  Dan juga tidak disediakan baby high chair. Semoga nanti bisa disediakan. 








Over all,  saya suka dengan tempat ini. Oh iya hampir lupa,  harganya juga cukup terjangkau. Tempat ini juga letaknya cukup mudah dijangkau. Jadi kalau nyari tempat buat santai sore bersama keluarga, anda bisa mencoba tempat ini.


Read More

Thursday, January 12, 2017

#AdaIde; "Susah Tidur"


Rasanya agak malu untuk mengungkapkan salah satu kekurangan terbesar saya. Saya susah sekali bangun pagi. Being a morning person seems so hard for me. Dari dulu saya selalu merasa tengah malam adalah waktu dimana otak saya penuh dengan ide. Kalau lagi gak malas,  saya akan bangkit dan mencatat ide-ide saya tersebut. Kalau lagi malas,  ya ide-ide saya itu akan hanyut bersama mimpi. Belakangan saya mulai rajin membuat catatan-catatan tentang ide saya. Saya terbantu sekali dengan smartphone. Karena tengah malam dalam keadaan yang gelap rasanya sulit untuk mengambil polpen dan buku catatan,  apalagi untuk menuliskannya.

Zaman semakin canggih. Dengan satu smartphone saja kita sudah bisa menggunakan banyak platform media sosial untuk mencari, maupun mewujudkan ide-ide kita. Contohnya seperti yang saya gunakan untuk membuat catatan ini,  yakni Evernote

Jadi pada malam ini saya punya ide. Yang pertama:
  • Membuat sebuah catatan pribadi tentang Parenting Vision saya. Saya rasa penting untuk memperjelas dan mempertegas visi parenting saya dan suami. Tujuannya agar kami mempunyai pegangan dalam mendidik dan mengasuh anak kami. Yang kedua,  saya rasa itu akan bermanfaat bagi saya untuk lebih mengenal diri saya sendiri. 
  • Menyusun Strategi untuk berhenti begadang dan memulai pola tidur yang sehat. Walaupun saya sering insomnia, saya sangat menyadari bahwa begadang secara berlebihan dan terus menerus akan membahayakan kesehatan di masa yang akan datang. Dan saya ingin tetap sehat di masa tua nanti,  agar tetap bisa produktif demi anak saya. Saya pun sadar betul bahwa sulit sekali untuk meninggalkan kebiasaan saya yang suka tidur larut malam. Tapi saya pun harus menghargai niat dan ide saya untuk stop begadang. Dan mungkin dengan membuat catatan seperti ini dapat membantu saya lebih mengingat tentang ide dan niat saya untuk sesuatu yang lebih baik. 
Dan kabar gembiranya, ternyata membuat catatan seperti ini cukup membantu saya mendapatkan rasa kantuk yang saya rindukan. Lalu bagaimana dengan kalian?  Bagaimana cara menyikapi ide-ide yang datang di waktu-waktu tak terduga? 
selamat tidur, 
Salam hangat, 
Brilsya.
Read More

Tuesday, January 10, 2017

Erich's ONE-derful 1st Year


Tak terasa! Setahun berlalu sepertinya cepat sekali. Bocahku yang lalu masih mungil banget sekarang sudah setahun usianya, tepat pada tanggal 3 Januari lalu. Aahhh.. nak..  luarbiasa. Senang,  terharu,  dan bersyukur tentunya. Menjelang ulang tahun pertama Erich, saya sering sekali terbawa perasaan oleh mood throwback pada masa-masa Erich masih newborn, susah senang menyusui,  ingat muka dia waktu masih bayi banget,  dan lain-lain.  Jadi saya suka melihat-lihat kembali foto-foto Erich waktu masih newborn. Mood throwback itu lalu membuat saya berpikir,  bahwa setahun yang terlewati bersama Erich adalah tahun yang sangat indah. Erich sungguh membuat hari-hari saya penuh warna. 

Lalu saya punya ide,  untuk merealisasikan mood throwback ke masa-masa indah setahun pertama kehidupan Erich. Saya merasa throwback itu penting banget untuk selalu mengingatkan kita agar selalu bersyukur. Beberapa waktu sebelum tanggal 3 Januari,  saya sering ditanya teman-teman,  "gimana, planning buat ulang tahun pertama Erich mo kayak gimana?", "Bakal dirayain gak?", dan sejenisnya. Jujur saya masih buram banget waktu ditanya seperti itu. Pikir saya, wah ga bisa mastiin nih akan ada pesta atau tidak,  soalnya minim budget, hahhahahah. Tapi yang saya pastikan pada diri sendiri,  pesta tak pesta,  tetap akan ada foto kenang-kenangan. Nah,  jadi tujuan saya itu yang utama ya foto. Saya pun mulai kepikira untuk mendokumentasikan moment ini. Pertama-tama, untuk memudahkan mengingat dan tracking di media sosial,  saya beri headline moment ini dengan Judul 'Erich's ONE-derful 1st Year',  tagline nya #erichsonederful1styear. Headline nya bernuansa angka 1, dan sesuai penjelasan sebelumnya,  bahwa setahun pertama yang terlewati bersama Erich adalah tahun yang one-derful (re: wonderful). 

Jadi,  #erichsonederful1styear itu bukan party ya.  Tapi sebuah moment. Moment ulang tahun pertama Erich,  dimana mama ingin mewujudnyatakan mood throwback setahun pertama Erich. Tujuannya untuk mendokumentasikan moment tersebut,  supaya bisa dilihat kembali dengan penuh rasa syukur. Kenapa bukan party? Ya karena emang gak ada rame-ramean. Jadi cuma ngumpul beberapa keluarga dan teman terdekat, ngobrol-ngobrol,  makan bareng, foto-foto,  udah gitu aja. Tapi ya tetep ada masak-masaknya dong.  Kalo itu sih urusan Oma Erich. Hahahaa.. Saya gak ngadain pesta ulangtahun yang ngundang bocah-bocah gitu. Karena saya rasa belum pas aja untuk ulang tahun pertama Erich. Karena Erich masih sangat moody,  jadi saya khawatir aja kalau-kalau saat pesta dia malah jadi cranky karena ngantuk misalnya. Jadi hilang moment deh. Makanya, saya pilih metode 'ngumpul-ngumpul apa adanya aja'. Jadi saudara-saudara dan teman-teman pada datang, kita berdoa bareng,  makan-makan,  sambil mereka makan-makan,  Erich dan mama papa foto-foto sambil pasang tiup lilin sendiri. Nyanyinya dalem hati aja. Hahaha. Karena ngantuk,  akhirnya Erich ketiduran lama banget. Tapi dia terbangun lagi jam 10 malam karena dibangunin mami rese nya,  hahaha. Akhirnya saya ajak foto-foto lagi deh si Erich,  tapi kali ink fotonya bareng bocah-bocah saudara-saudaranya dia. Pasang tiup lilin lagi,  tapi kali ini dinyanyiin ala kadarnya sama pasukan yang ala kadarnya pula. 

Nah,  untuk kepentingan potret memotret,  saya gak mau dong hanya polos-polos aja. Jadi dibikinlah dekor kecil-kecilan ala kadarnya. Temanya adalah D.I.Y. Rustic. Alasannya,  karena saya suka dengan prinsip menggunakan apa yang ada. Percaya deh,  dekor bagus gak perlu mahal kok. Kedua, saya suka sekali gaya rustic yang natural dan apa adanya.  Ketiga,  supaya irit cin. Jadi item dekornya terdiri dari flags bertuliskan judul moment ini yaitu #erichsonederful1styear, photo backdrop, cake table, dan mini table tempat souvenir dan lain-lain. 

Pertama,  untuk flags headline nya. Saya menggunakan koran bekas yang tersimpan dan gak kepake lagi. Lalu hurufnya saya print,  saya guntik mengikuti bentuk huruf,  lalu tempel di atas guntingan-guntingan koran bekas tadi. Setelah itu,  flags tersebut saya rangkaikan dengan menempelkan benang katun di belakangnya. Lalu tinggal tempel deh tembok. 


Nah untuk photo backdropnya. Sesuai headline #erichsonederful1styear,  saya ingin menunjukkan lewat foto-foto. Sebenarnya kalau persiapan lebih matang,  saya pengen bikin mini photo exhibition gitu. Tapi sayang belum sempat. Jadi bikin photo backdrop aja. Nah foto-foto yang dipilih adalah foto-foto lucu sejak newborn,  sampai umur hampir setahun. Saya sertakan juga beberapa milestone cards. Untuk tiang penyangganya,  saya pakai penyanggs ayunan Erich waktu masih bayi banget. Lalu ikatkan beberapa helai benang katun pada palang atas,  lalu tempelkan foto-foto pada benang tersebut. Karena foto-fotonya suka muter kebalik menghadap belakang,  jadi saya nyuruh suamj (si eksekutor),  supaya mengikat benang katun juga pada tiang kiri dan kanan,  lalu foto ditempel juga pada benang-benang tersebut. Tapi saya gak sempat nempelnya. Tapi lumayanlah cukup menghalangi foto untuk muter-muter. 




Untuk birthday cakenya sendiri, duh jujur saya malu nih nulisnya. Niat awalnya saya pengen bikin naked cake,  dikasih sedikit icing hanya pake butter cream saja. Tapiiiii,  saya gagal total saat bikin kuenya. Duh saking lamanga ga bikin kue,  sekalinya bikin langsung gagal total. Saya bikin carrot cake tapi sayang tepungnya kurang,  jadi saat dipanggang cakenya jadi nyusut banget. Tapi syukurnya Erich dapat hadiah cake dari mama Vina dan mama Huncess. Selamat deh.  Hahahaha. Cake tablenya saya pake meja rak dari kosan suami dulu. Iya meja rak yang suka dijual keliling sama om-om terus teriak "meja rak meja rak!", Hehehe. Di sebelah kueanya diletakkan pajangan name tag Erich,  didesain dan diprint sendiri oleh mama Obol. Dan tepat di belakang kue diletakkan milestone card bertuliskan "Today I'm 1 Year Old". Karena mejanya meja rak,  jadi di rak keduanya supaya gak polos-polos aja saya letakkan toples-toples kue natal,  dan pompom dari koran bekas hasil kreasi mama Obol. Duh kreatifnya mama Obol ini. 


Nah sebagai pemanis yang turut meramaikan, saya sertakan satu mini table untuk meletakkan souvenir,  serta beberapa foto Erich sebagai pajangan. Fotonya digantung pada tali akar yang diikatkan pada dua botol wine bekas yang saya kreasikan kembali pakai koran bekas dan kain burlap. Di atas meja tersebut juga diletakkan beberapa souvenir tas serut buatan mama Astty. Oh iya kenapa ada souvenir,  padahal kan bukan party. Iya,  jadi saya siapain souvenir untuk dikasih ke bocah-bocah saudara aja. Kan banyak tuh ponakan-ponakan saya yanf ngumpul di rumah. Saya kasih tas serut yang isinya snack, supaya mereka happy aja. 






Saya happy banget, karena banyak yang terkesima dengan tas serut ini. Yap,  karena handmade dan handdrawing. Digambar sendiri oleh mama Astty lho! Hebat kan!? Awalnya kebetulan aja lagi ngobrol whatsapp sama mama Astty,  soal kebingungan mo rayain ulang tahun Erich atau tidak. Saya ngadu ke dia,  duh pengennya ngumpul-ngumpul aja terus makan-makan. Tapi kan banyak bocah,  kurang greget aja gitu kalau mereka pulang dengan tangan hampa. Mo pesan souvenir di vendor resmi dan jam terbang tinggi,  mahaaaall. Hahaha. Saya iseng aja tuh nyeloteh "gimana kalo kamu buatin"? Seriusan cuma becanda. Taunya mama Astty mau lho. Padahal saya udah tanya berkali-kali,  yakin mau padahal kan mama Astty ada kesibukan lain. Eh mama Asttynya menyanggupi dan memberanikan diri untuk mencoba. Alhasil terbitlah 'Popolulu'! Brand dari handmade project mama Astty yang akhirnya launching online di instsgram. Dan saya happy banget karena jadi customer pertamanya. Yeay! Oh iya,  sebenarnya ada ide lain yang belum sempat terwujud. Karena susah mengkoordinir bocah-bocah ponakan saya itu. Jadi saya udh nyiapin kertas dan krayon,  yang seharusnya bocah-bocah itu menggambar bentuk telapak tangan mereka lalu mewarnainya dengan krayon. Tapi semua tidak terwujud. Hahaha. Tak apalah, lain kali saja. 
Oke, jadi kira-kira seperti itulah cerita dibalik moment #erichsonederful1styear. Semoga bermanfaat. Kalau ada yang berencana merayakan atau tak merayakan ulang tahun anak mereka, yang terpenting adalah nilai dari moment tersebut. Entah dirayakan atau tidak, sebuah moment akan menjadi bernilai ketika kita meresapi moment tersebut,  dan mensyukurinya tentu saja. Soal bentuk mensyukuri dengan perayaan atau tidak, itu pilihan kita tentunya. 

Sekarang ijinkan saya untuk menuliskan catatan kecil untuk anak saya. 

"Dear sayangku Erich, selamat ulang tahun nak. Tidak ada kata-kata yang dapat mewakilkan betapa bersyukurnya mama dan papa atas kehadiranmu. Dan tidak ada hal apapun yang bisa menggambarkan betapa besarnya cinta mama dan papa terhadap Erich. Semoga Erich bertumbuh menjadi seseorang yang mandiri, dan selalu berpegang teguh pada apa yang Erich yakini kebenarannya. Semoga Erich selalu mengingat bahwa mama dan papa sangat mencintai Erich. Apapun yang akan terjadi, cinta mama dan papa akan selalu sama, bahkan semakin bertambah dari hari ke hari. Kalau suatu saat nanti mama dan papa tidak bisa memberikan apa yang Erich inginkan, kami harap  Erich bisa memahami bahwa cinta tidak selalu berarti memberi apa yang diinginkan, tetapi kami selalu berusaha untuk hadir dalam setiap musim di kehidupan Erich. Mama dan papa tidak bisa berjanji untuk menjadi orangtua yang tidak pernah marah sama Erich. Mungkin akan ada saat-saat tertentu dimana mama akan merasa kesal dan marah kepada Erich. Tetapi kalau saat-saat itu tiba, mama harap semoga Erich bisa memahami bahwa suatu hubungan cinta tanpa jatuh bangun adalah hal yang tidak mungkin. Bahwa setiap amarah yang nampak dari mama tidak lebih dari ungkapan kekesalan yang akan berlalu sesaat setelah itu, lalu semua akan berubah menjadi pelukan hangat yang mencairkan suasana. Mama harap kita akan selalu bisa mengakhiri setiap amarah dengan pelukan hangat. Mama harap Erich selalu bisa merasakan, bahwa mama dan papa selalu meminta pada Tuhan, agar Erich diberikan kebahagiaan, kesehatan, umur panjang, serta masa depan yang cerah. Mama dan papa bangga sama Erich, bukan karena pencapaian-pencapaian yang akan Erich buat nanti. Melainkan mama dan papa sendiri sudah dibuat bangga sejak Erich masih berada di dalam kandungan mama. Jadilah anak yang penuh cinta ya nak, dimanapun Erich berada. Karena kamulah pemersatu sejati cinta mama dan papa.
We Love You, Erich sayang.."




Peluk cium, mama dan papa.











Read More

Wednesday, December 21, 2016

Erich's First Painting Play Time


Hallo lagi. Mau cerita sedikit tentang pengalaman saya kemarin. Jadi ceritanya saya lagi bosan banget siang-siang gak ngapa-ngapain,  karena oma Erich lagi libur jadi Erich main sama omanya. Seperti biasa, kalau sedang bosan pasti yang pertama saya lakukan adalah membuka beberapa platform media sosial favorit saya,  yaitu instagram dan pinterest.  Tujuannya,  untuk mencari ide mau ngisi waktu dengan kegiatan apa. Belakangan ini, saya sering mencari ide di pinterest tentang kegiatan untuk bayi dan anak-anak. Ternyata banyaakk banget.  Tapi yang paling bikin saya tertarik adalah melukis. Iya, happy aja ngeliat bocah belepotan warna-warni,  hehehe.
Tapi masalahnya saya belum beli cat untuk melukis. Namun karena kepengen banget liat Erich celemotan warna,  saya coba cari benda lain yang bisa dimanfaatkan. Pergilah kemudian saya ke dapur,  dan buka kulkas.  Saya nyari pewarna makanan kalau masih ada atau tidak. Dan ternyata ada! Duh senangnya.  Sebenernya yang ada di kulkas waktu itu ada pewarna sekaligus perasa makanan,  ada juga yang pewarna saja. Nah karena pewarna (bukan perasa) ini teksturnya lebih cair, jadi saya pikir kalau mau dicampur air pasti warnanya jadi muda banget. Jadi saya pakainya yang pewarna sekaligus perasa makanan. Saya dapat 3 warna dan rasa serta aroma.  Warna hijau dengan rasa dan aroma pandan, warna merah dengan rasa dan aroma stroberi,  serta warna cokelat dengan rasa dan aroma cacao. Saya gunakan sekitar satu sendok teh,  diencerkan dengan sedikit air. Untuk intensitas warnanya,  memang akan lebih pudar disaat sudah kering. Kemudian untuk kertasnya saya cuma pakai beberapa lembar kertas hvs.


Tibalah waktunya untuk eksekusi. Karena lantai rumah masih concrete tanpa acian,  jadi saya alas dulu lantainya dengan evamat. Kalau punya plastik lebih bagus,  lebih gampang dibersihkan. Tapi karena saya gak punya,  saya pakai aja evamat. Lalu saya atur kertas dan pewarna,  lalu saya dudukin si bos Erich di depan perintilan yang siap digunakan.  Eeeeehhh dia main nyelonong aja mau ngambil pewarnanya. Karena saya belum rela semua warna tumpah begitu aja,  saya tahan dulu tangannya si bos,  dan saya contohin dengan mengambil daun, dicelupkan ke dalam pewarna kemudian di stamp ke atas kertas sehingga membentuk pola tertentu. Oh iya tadi saya lupa bilang ya,  saya juga mengambil beberapa helai daun di halaman untuk dijadikan brush. Kembali ke si bos. Selain pakai daun,  saya juga memperlihatkan bagaimana saya bermain pewarna dengan menggunakan jari-jemari saya,  lalu mencoret-coret di atas kertas. Tapi Erich ga peduli tuh,  hahaha. Tetep Ujung-ujungngnya wadah pewarnanya diambil,  terus dibalik-balik, dan tumpahlah kemana-mana pewarna tersebut. Tapi saya samasekali gak mempermasalahkan dan malah senang banget. Karena begitulah cara dia dalam mengeksplorasi hal apapun yang dia lihat. Supaya tetap ada portofolionya,  saya gak kehilangan akal dong.  Yap! Bekas tumpahan warna-warni hasil perbuatan Erich itulah yang saya ambil dengan menempelkan kertas ke atas evamat yang penuh dengan warna. Jadilah gambar acak-acakan karya Erich dan mama!


So what is the point that I learned?
Untuk bermain sambil belajar bersama anak itu bisa dimana aja dan kapan aja. Setelah melihat banyak contoh di pinterest tentang montessori babysensori play,  dan sejenisnya, saya nangkep intinya adalah memberdayakan koordinasi antara panca indera dengan otak si kecil. Saya belum baca secara mendalam sih.  Tapi kira-kira seperti itulah menurut saya. Nah, masalahnya dulu saya juga sempat punya pikiran yang agak sempit bahwa sensori playtime itu hanya bisa terwujud dengan fancy toys yang ditawarkan oleh brand-brand tertentu. Tetapi ternyata saya temui bahwa kenyataannya tidak harus selalu seperti itu. Anytime could be a sensori playtime,  anywhere. Asalkan kita bisa menjelaskan kepada anak kita apa yang sedang terjadi dengan pancaindera mereka. Jadinya mereka gak hanya sekedar bermain,  tetapi otak mereka juga mencerna penjelasan kita setelah mereka mendengarkan. Dan juga, memberikan pembanding sehingga pancaindera mereka tersebut bisa mengenal objek yang lebih bervariasi.
Yang terpenting menurut saya, bermain bersama anak tujuan utamanya adalah untuk menikmati waktu yang berkualitas bersama mereka. Bukan untuk memaksakan mereka menjadi super genius yang harus selalu ranking 1 selama masa sekolah nanti. Tetapi nilai-nilai positive yang ingin saya tanamkan kepada anak adalah agar mereka nantinya bisa punya mental yang tidak mudah menyerah dalam mengatasi masalah. Dan wawasan yang luas bermanfaat sekali lho dalam pemecahan berbagai masalah. Tetapi yang terutama untuk menciptakan mental yang baik pada saat dewasa,  saya percaya adalah dengan memberikan sebanyak mungkin kebahagiaan disaat masa kecilnya,  salah satunya dengan bermain bersama.
Read More

Tuesday, December 13, 2016

How I Deal with Anger and Guilt


Sebelum punya anak saya sering sekali membayangkan kalau segala hal tentang mengurus anak pasti dapat dilewati dengan mudah. Termasuk tentang kesabaran menghadapi tingkah-tingkah mereka yang terkadang (bahkan seringkali) menyebalkan. Makanya dulu saya suka sinis kalau melihat ibu-ibu suka marah-marah sama anaknya, apalagi sampai berteriak atau bahkan memukul, haduh.
Tetapi setelah saya sendiri punya anak, jeng jeng! Ternyata semua tidak semudah yang pernah dibayangkan. Ternyata sulit sekali menghadapi anak yang terus bertumbuh dan berkembang, dan mereka semakin mengerti apa yang mereka suka dan tak suka. Satu hal yang paling pokok dan seringkali terlupa oleh para mama seperti saya, yaitu perspektif atau sudut pandang anak. Yang mereka tahu hanyalah mendapatkan apa yang mereka sukai, itu aja yang pokok. Tapi pada kenyataannya, seringkali hal yang mereka sukai itu justru hal-hal yang sebenarnya 'belum boleh' mereka pegang atau mainkan. Ini nih yang sering bikin mama kehilangan kesabaran dan berujung marah-marah. Kalau berdasarkan pengalaman saya, kemarahan akan terjadi apabila anak saya mulai bertingkah macam-macam sementara saya harus mengerjakan hal lain yang penting juga di waktu yang sama, dan tidak ada pilihan lain selain beraktivitas sambil menggendong. Contohnya, disaat saya harus memasak makanan untuk anak saya, tetapi dia justru cepat bosan duduk di stroller dan melempar mainan-mainan yang diberikan padahal baru dimainkan beberap menit saja. Akhirnya saya harus memasak sambil menggendong yang ternyata luar biasa melelahkannya. Yang paling menjengkelkan, misalnya nih saya lagi merebus kacang hijau atau kacang merah. Giliran udah matang dan hanya tinggal nunggu airnya berkurang aja, tiba-tiba bos kecil cranky karena bosan di dapur, saya ajaklah dia ke ruang nonton. Belum genap semenit di ruang nonton, bosan lagi dan pindah lagi ke ruang lain. Akhirnyaaa, saya lupa dengan si kacang hijau yang sudah matang, dan berakhir menyedihkan setelah tercium bau hangus yang tidak diinginkan. Kesal kan? Yang bikin kesal buat saya, saya memasak makanan kan maksudnya baik untuk kebutuhan si anak juga. Selain karena tidak ada pembantu, dengan memasak sendiri kita juga bisa belajar menangani makanan, dan memastikan kebersihan dalam proses memasak. Tapi sedih banget untuk melaksanakan proses memasak yang mulus ternyata susahnya minta ampun.
Contoh lain, setelah kesal dan lelah yang luarbiasa dalam proses memasak yang gagal tadi, tibalah saatnya untuk menidurkan anak karena sudah waktunya bobo siang. Saya pernah baca headline salah satu artikel bahwa tidak baik memaksa anak untuk tidur. Dalam situasi tertentu mungkin benar. Tapi coba dibayangkan, kalau nyata-nyata nampak anak kita udah ngantuk banget dan cranky banget, tidak mungkin kan kita biarin gitu aja? Saya sih menganggap mungkin setiap bayi akan melewati fase-fase 'susah diajak tidur siang' entah di usia berapa dalam masa kecil mereka. Jujur aja saya pernah ga kuat menahan emosi saat menidurkan anak dengan keadaan tubuh serasa mau pingsan, tapi dianya masih cranky dan banyak tingkah. Bahkan saya pernah berteriak dan nangis bombay sangking emosinya. :( Lebih sedih lagi, semua kelelahan dan kecapean itu harus saya hadapi sendiri karena suami yang bekerja di luar kota. Mau tidak mau saya berpikir, tidak ada yang dapat menolong saya. Yang bisa menolong saya hanya Tuhan dan diri saya sendiri. Selain dua contoh tersebut, masih banyak lagi kejadian-kejadian dalam mengurus bayi yang benar-benar melatih kesabaran kita sebagai perempuan.
The point that I want to share is, marah itu manusiawi. Tetapi bagaimana kita menyikapi kemarahan, itu yang terkadang tak manusiawi. Seperti saya yang pernah lepas kendali sampai teriak nangis di depan anak, akhirnya menimbulkan rasa bersalah yang lebih kelabu lagi untuk dihadapi setelahnya. Kemudian saya pahami bahwa there's no way motherhood without anger and guilt. Dalam menjalani peran sebagai ibu, kita tidak akan pernah bisa sempurna, dan akan selalu ada hal-hal yang membuat kita merasa bersalah.
So how I deal with anger and guilt as a mom?
1. Let it Out!
Pertama saya biarkan amarah saya keluar, biasanya dengan menangis. Tetapi saya memberi batasan waktu untuk menangis, misalnya cukup 5-10 menit, setelah itu;

2. No Matter What, The Show Must Go On!
KEMBALI KE KENYATAAN. Udah cukup nangisnya, sekarang saatnya back to reality. Saya menyadari bahwa bagaimanapun kondisi emosi kita, kenyataannya kita punya anak yang membutuhkan kita. Dan masih banyak sekali hal lain yang harus kita lakukan dalam mengurus anak kita. Jadi saya biasanya setelah sesi nangis bombay selesai (biasanya sih anak saya ikutan nangis bombay juga, jadi kita bareng deh heheheh), saya mulai membujuk anak saya dengan membawanya keluar, atau apapun untuk mengalihkan perhatiannya supaya ia berhenti menangis. Terkadang juga papa saya ikut turun tangan membantu menggendong kalau sudah mendengar saya ngomel atau anak saya nangis. Itu kalau papa ada di rumah. Kalau tidak ada, ya sayalah yang harus menangani.

3. Cooling Down
Netralkan Mood. Setelah reda, saya mulai mengajak bicara anak saya, dan saya meminta maaf. Saya fokus kepada kontak mata, supaya mendapat penuh perhatiannya. Lalu saya jelaskan menggunakan kata-kata seperti berbicara kepada oranf dewasa. Saya jelaskan kepada dia dengan nada lembut tetapi serius, bahwa mama sangat kelelahan, karena tidak sanggup melakukan semuanya sendiri. Terlepas dari ia paham atau tidak, saya tetap menjelaskan. Saya yakin dia mengerti maksud saya tanpa harus memahami arti dari ucapan saya. Setelah itu, keadaan cenderung lebih tenang, dan satu hal yang luarbiasa ajaib saya pelajari, bahwa bayi kita menangkap aura yang ada pada diri kita. Saat saya marah, emosi tidak stabil karena kelelahan, anak saya pasti ikutan cranky juga, bahkan nangis bombay seperti dijelasin tadi. Tetapi begitu saya kembali tenang, dia pun ikut tenang dan tidak mau terlepas dari pelukan mama! Hal ini selalu menjadi favorit saya sampai kapanpun.

4. Forgive Yourselft
Look Back and Revie. Setelah itu, saya tentu saja belum terbebas dari perasaan bersalah karena telanjur marah sama anak. Saya pernah membaca postingan Mamaofsnow tentang mom guilt, dan salah satu cara mengatasinya adalah stop feeling guilt! Berhentilah merasa bersalah karena itu tidak membuat kita menjadi ibu yang baik. Saya setuju sekali. Kemudian saya berpikir, bagaimana caranya saya berhenti merasa bersalah sedangkan kenyataannya saya sudah telanjur berbuat salah, dan kali ini disertai rasa takut kalau-kalau ke depan saya akan berbuat salah lagi dgn kesalahan yang sama. Nah, begini cara saya untuk stop feeling guilt. Pertama, mengampuni diri saya sendiri. Memaafkan diri sendiri penting banget. Saya paham batas kemampuan diri saya. Dan saya pun memahami bahwa marah adalah salah satu emosi dasar yang dimiliki manusia. Akhirnya saya berdamai dengan diri sendiri, dan saya memaafkan diri saya sendiri. Tapi harus diingat, makna paling utama dari mengampuni diri sendiri adalah komitmen untuk berusaha agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama di waktu yang akan datang. Biasanya dalam sesi ini saya berdoa, saya mohon ampun sama Tuhan, dan saya mohon diberikan kekuatan agar tidak mengulanginya lagi. Lalu saya berpikir lagi, bagaimana caranya agar saya tidak mengulanginya lagi? Lagi-lagi saya takut kalau situasi yang sama akan terulang. Yang saya lakukan adalah saya mencoba mencari tahu penyebab kemarahan saya. Yang membuat saya marah bukanlah tingkah anak saya. Tetapi justru diri saya sendiri yang membuat saya lekas marah. Fisik saya yang kelelahan, membuat kemampuan untuk fokus menjadi menurun. Saya sadar itulah penyebabnya. Saya sadar mungkin kalau konfisi fisik saya lebih bugar, pikiran saya akan lebih mudah untuk fokus, dan saya akan lebih baik pula dalam mengendalikan pikiran dan diri saya.

5. Fix it!
Setelah saya pahami penyebabnya, saya lalu mulai menyusun langkah-langkah untuk memperbaikinya. Misalnya, agar saya lebih bugar, saya mulai mengoreksi pola makan, pola tidur, serta aktivitas yang kurang baik untuk kebugarqn tubuh. Saya mulai memperhatikan kondisi tubuh misalnya dengan minum air putih lebih banyak, tidak melupakan jam makan. Dan lain-lain.

6. Be Mindful.
Nah ini yang paling penting, mindfulness dalam menjalani peran kita sebagai seorang ibu. Sebenarnya bukan sebagai ibu saja, tetapi juga sebagai seorang isteri, seorang anak, seorang pekerja, ataupun lebih luas lagi sebagai seorang wanita dan seorang manusia. Menurut pengalaman saya, kunci utama untuk mencapai mindfulness adalah rasa syukur. Itu yang utama dan terutama. Kita mesti bersyukur! Tapi sayangnya kita sering lupa bersyukur karena terlalu sibuk dengan keseharian yang melelahkan. Lalu bagaimana caranya untuk selalu ingat akan rasa syukur? Banyak! Banyak sekali caranya. Memang tidak bisa dipungkiri cara-cara yang sifatnya religius sesuai dengan ajaran agama yang kita anut bisa jadi cara yang cukup ampuh untuk mengingatkan kita agar selalu bersyukur. Misalnya dengan meluangkan beberapa menit setiap hari untuk jam doa, membaca kitab suci, dan lain-lain. Saya pernah juga menerapkan cara seperti itu, tetapi harus saya akui saya belum cukup konsisten dan disiplin dengan jam doa. Jadi saya siasati dengan memanfaatkan media sosial dan 'me-time' kecil yang saya dapatkan saat anak saya tidur. Saya membuat moodboard khusus tentang spiritual di platform Pinterest, dan diisi dengan postingan-postingan yang bisa membangkitkan moof positif dan memberi kesejukan. Tapi, saya tetap mengusahakan untuk membaca kitab suci secara langsung, karena memang mood yang didapatkan akan terasa berbeda. Hindari segala hal yang membangkitkan mood negatif. Atau bisa juga dengan menyediakan buku catatan kecil, yang bisa jadi semacam mood journal. Jadi tuliskan apa saja ide yang tiba-tiba terlintas di kepala, apapun itu, yang random sekalipun. Misalnya nih, saya suka mengadakan sesi photoshoot kecil-kecilan ketika anak saya ulang-bulan. Ketika di kepala saya tiba-tiba muncul ide untuk photoshoot, langsung saya tuliskan di buku notes, bila perlu lengkap sengan sketsanya. Menulis dan menggambar bisa jadi mood therapy lho ternyata. Oh iya, agak telat sih.. Tapi saya punya niat yang belum kesampaian yaitu membeli coloring book for adults yang katanya bisa jadi mood therapy juga. Dan sepertinya emang iya sih. Sekalian untuk merangsang naluri seni yang entah pergi kemana dari diri ini, hehehe. Oke, intinya, anger and guilt management dalam keseharian kita (terutama sebagai seorang ibu) itu sangat penting, dan membutuhkan usaha yang cukup keras, tetapi bukan tidak mungkin untuk kita capai. Kuncinya, kita hanya perlu melihat kembali ke dalam diri kita, itu aja. Lihat kembali ke dalam diri kita.
Semoga bermanfaat.

Read More

Saturday, December 3, 2016

Say Hello To My First DIY Tepee Tent! (The Story Behind Erich's 11 Months Old Photoshoot)


Sejak Erich masih usia newborn, saya sudah tergiur sekali untuk punya tepee tent. Karena lihat di media sosial banyak foto-foto baby yang kece-kece dan semuanya pada pakai tepee tent. Maka saya minta tolonglah sama papa saya untuk nyariin beberapa bilah bambu untuk dijadikan tiangnya. Tapi karena si opa Erich sibuk dan ga sempat-sempat, alhasil saya memberanikan diri untuk mulai mengeksekusi tepee tent saya dengan bahan-bahan ala kadarnya. Niatan awal saya mau bikin pake tiang bambu, dan covernya dijahit dengan pola/bentuk seperti limas gitu. Sempet lihat juga sih tutorial tepee tent yang no sewing atau tanpa dijahit, tapi waktu itu saya ngerasa lebih kece yang dijahit. Hahahaha
Sampai mendekati tanggal 3 Desember, saya ngobrol sama temen saya di whatsapp soal niatan mau buat teppe tent tapi kendala di bahan-bahan. Eh temen saya bilangnya "udahh pake tongkat pramuka aja", terus dia ngirim link pinterest tentang no sewing tepee tent, waahh ternyataa bagus banget. Seketika itu juga saya langsung ngelilingi rumah saya buat nyari bahan-bahan yang bisa digunakan. Maklum, rumah kami masih dalam proses membangun, jadi banyak potongan-potongan kayu, material-material bangunan yang bisa dimanfaatkan. Oh iya, saya sempat cerita ke mama saya dan minta tolong, siapa tahu di sekolahannya ada tongkat-tongkat pramuka yang bisa dipinjam, cuma buat photoshoot kok kata saya. Hehehe tapi mama saya nyaranin udah pake kayu pohon lamtoro aja. Nah besoknya dibawain deh kayu lamtoro tersebut. Tapi sayangnya, ukurannya ga sama. Yang satu kegedean, yang lain kekecilan. Yang gede berat banget, yang kecil ringan banget. Jadinya tidak seimbang. Akhirnya saya memutuskan untuk mencaplok sebilah bambu yang biasa digunakan mama untuk menjemur pakaian, tapi dengan seizin beliau lho ya, hahahahhaa. Lalu untungnya saya ketemu lagi dengan 2 bilah bambu lain di sekeliling rumah yang ukurannya sama. Lengkaplah sudah tiang-tiangku. Untuk mengikatnya, ini bagian yang agak susah sih memang. Saya dibantu mama saya. Yang susah itu untuk mengatur posisi tiang supaya tetap pada tempatnya saat proses mengikat. Jadi pertama saya ikat dulu dua tiang depan. Di tutorial yang saya baca, tongkat-tongkatnya itu dilubangi pakai bor lalu talinya dimasukkan melewati lubang tersebut. Tetapi tanpa dilubangi pun bisa kok. Proses mengikat sebenarnya disesuaikan aja sama kemauan dan kreativitas kita. Yang penting endingnya si tiang itu bisa berdiri dengan indah, hehehe. Untuk talinya saya pakai tali pramuka.
Nah, untuk covernya, bener-bener simpel banget. Ga ada cerita gunting-gunting pola. Saya cuman beli kain warna cokelat, sepanjang 3 meter. Jenis kainnya polyester sih, soalnya cuman itu aja yang ada dan warnanya bagus. Tapi mau pake kain apapun terserah kok, yang penting warnanya. Tapi itu untuk kepentingan photoshoot atau sekedar elemen dekorasi lho ya. Kalau kepentingannya untuk camping beneran ya lain lagi ceritanya, hehehe. Nah kembali ke kain yang saya beli. Nah saat proses masangnya, pertama-tama kain saya lipat dua (simetris) untuk mencari titik tengah atasnya. Setelah itu, titik tengah itu saya letakkan dibagian ikatan tiang (bagian belakang tenda), lalu saya kaitkan dengan peniti pada simpul tali di tiang. Iya, peniti aja udah cukup kuat kok. Lalu bagian kiri dan kanan kain tersebut saya balutkan menutupi seluruh tiang. Tapi sayangnya, lebar kain yang saya beli tidak cukup untuk menutupi sampai ke bagian bawah untu bagian belakang tenda. Jadi saya akali aja pakai kain gorden, hehehe. Kain gorden saya geraikan memanjang ke bawah, lalu cari titik tengah atasnya, lalu saya balutkan ke depan, di bagian depannya saya jepit aja pakai penjepit kertas, udah. Jadi cover tepee tent saya terdiri dari 2 layer. Udah, jadi deh. Simpel kan?



Nah si kayu lamtoro yang dibawain mama saya itu saya pake buat jadi tiang jemuran, untuk ngegantung baju-baju newborn Erich yang saya jadiin media buat nempelin tulisan 11 Months. Soalnya kalau pake milestone cards udah percuma, tar habis diuyel-uyel tu kartu. Ngomongin soal tepee tent kan identik banget sama Suku Indian kan ya. Nah, saya juga pengen tuh ada tambahan unsur-unsur Indian biar cuma dikiiit. Jadi saya memutuskan untuk membuatkan bocah saya monochrome diy paper war bonnet. Bahan-bahannya: kertas karton warna hitam dan putih, gunting, lem/perekat/selotip, stapler, tali/pita, tusuk gigi. Karena bikinnya dadakan, jadi ga sempat lagi nyari bulu beneran. Ya udah bikin bulu-bulu dari kertas aja. Kertas saya guting berbentuk bulu ayam. Lalu tangkainya saya gunakan tusuk gigi. Setelah bulu terkumpul, saya tempelkan aja di kertas dasarnya, yang nanti akan dilingkarkan di kepala. Awalnya saya pake tali untuk nantinya diiket di kepala Erich. Tapi saat dia mulai bosan, suka ditarik-tarik tuh talinya. Jadi saya perbaiki aja pake kertas, jadi seluruhnya kertas yang melingkar di kepala si baby. Nah buat saya juga saya bikin lho, tapi ga pake tusuk gigi, capek nempel-nempelnya. 






Yaah dan itulah diaa tepee tent untuk foto 11 bulan si Erich. Syukur banget masih sempat foto di halaman. Karena setelahnya kita terpaksa pindah ke dalam rumah karena hujan. But it was really fun though.
Read More
Theme images by Jason Morrow. Powered by Blogger.

© Brilsya, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena