Sejak Erich masih usia newborn, saya sudah
tergiur sekali untuk punya tepee tent. Karena lihat di media sosial banyak
foto-foto baby yang kece-kece dan semuanya pada pakai tepee tent. Maka saya
minta tolonglah sama papa saya untuk nyariin beberapa bilah bambu untuk
dijadikan tiangnya. Tapi karena si opa Erich sibuk dan ga sempat-sempat,
alhasil saya memberanikan diri untuk mulai mengeksekusi tepee tent saya dengan
bahan-bahan ala kadarnya. Niatan awal saya mau bikin pake tiang bambu, dan
covernya dijahit dengan pola/bentuk seperti limas gitu. Sempet lihat juga sih
tutorial tepee tent yang no sewing atau tanpa dijahit, tapi waktu itu saya
ngerasa lebih kece yang dijahit. Hahahaha
Sampai mendekati tanggal 3 Desember, saya ngobrol
sama temen saya di whatsapp soal niatan mau buat teppe tent tapi kendala di
bahan-bahan. Eh temen saya bilangnya "udahh pake tongkat pramuka
aja", terus dia ngirim link pinterest tentang no sewing tepee tent, waahh
ternyataa bagus banget. Seketika itu juga saya langsung ngelilingi rumah saya
buat nyari bahan-bahan yang bisa digunakan. Maklum, rumah kami masih dalam
proses membangun, jadi banyak potongan-potongan kayu, material-material
bangunan yang bisa dimanfaatkan. Oh iya, saya sempat cerita ke mama
saya dan minta tolong, siapa tahu di sekolahannya ada tongkat-tongkat pramuka
yang bisa dipinjam, cuma buat photoshoot kok kata saya. Hehehe tapi mama saya
nyaranin udah pake kayu pohon lamtoro aja. Nah besoknya dibawain deh kayu
lamtoro tersebut. Tapi sayangnya, ukurannya ga sama. Yang satu kegedean, yang
lain kekecilan. Yang gede berat banget, yang kecil ringan banget. Jadinya tidak
seimbang. Akhirnya saya memutuskan untuk mencaplok sebilah bambu yang biasa
digunakan mama untuk menjemur pakaian, tapi dengan seizin beliau lho ya,
hahahahhaa. Lalu untungnya saya ketemu lagi dengan 2 bilah bambu lain di
sekeliling rumah yang ukurannya sama. Lengkaplah sudah tiang-tiangku.
Untuk mengikatnya, ini bagian yang agak susah
sih memang. Saya dibantu mama saya. Yang susah itu untuk mengatur posisi tiang
supaya tetap pada tempatnya saat proses mengikat. Jadi pertama saya ikat dulu
dua tiang depan. Di tutorial yang saya baca, tongkat-tongkatnya itu dilubangi
pakai bor lalu talinya dimasukkan melewati lubang tersebut. Tetapi tanpa
dilubangi pun bisa kok. Proses mengikat sebenarnya disesuaikan aja sama kemauan
dan kreativitas kita. Yang penting endingnya si tiang itu bisa berdiri dengan
indah, hehehe. Untuk talinya saya pakai tali pramuka.
Nah, untuk covernya, bener-bener simpel banget. Ga ada cerita gunting-gunting pola. Saya cuman beli kain warna cokelat, sepanjang 3 meter. Jenis kainnya polyester sih, soalnya cuman itu aja yang ada dan warnanya bagus. Tapi mau pake kain apapun terserah kok, yang penting warnanya. Tapi itu untuk kepentingan photoshoot atau sekedar elemen dekorasi lho ya. Kalau kepentingannya untuk camping beneran ya lain lagi ceritanya, hehehe. Nah kembali ke kain yang saya beli. Nah saat proses masangnya, pertama-tama kain saya lipat dua (simetris) untuk mencari titik tengah atasnya. Setelah itu, titik tengah itu saya letakkan dibagian ikatan tiang (bagian belakang tenda), lalu saya kaitkan dengan peniti pada simpul tali di tiang. Iya, peniti aja udah cukup kuat kok. Lalu bagian kiri dan kanan kain tersebut saya balutkan menutupi seluruh tiang. Tapi sayangnya, lebar kain yang saya beli tidak cukup untuk menutupi sampai ke bagian bawah untu bagian belakang tenda. Jadi saya akali aja pakai kain gorden, hehehe. Kain gorden saya geraikan memanjang ke bawah, lalu cari titik tengah atasnya, lalu saya balutkan ke depan, di bagian depannya saya jepit aja pakai penjepit kertas, udah. Jadi cover tepee tent saya terdiri dari 2 layer. Udah, jadi deh. Simpel kan?
Nah, untuk covernya, bener-bener simpel banget. Ga ada cerita gunting-gunting pola. Saya cuman beli kain warna cokelat, sepanjang 3 meter. Jenis kainnya polyester sih, soalnya cuman itu aja yang ada dan warnanya bagus. Tapi mau pake kain apapun terserah kok, yang penting warnanya. Tapi itu untuk kepentingan photoshoot atau sekedar elemen dekorasi lho ya. Kalau kepentingannya untuk camping beneran ya lain lagi ceritanya, hehehe. Nah kembali ke kain yang saya beli. Nah saat proses masangnya, pertama-tama kain saya lipat dua (simetris) untuk mencari titik tengah atasnya. Setelah itu, titik tengah itu saya letakkan dibagian ikatan tiang (bagian belakang tenda), lalu saya kaitkan dengan peniti pada simpul tali di tiang. Iya, peniti aja udah cukup kuat kok. Lalu bagian kiri dan kanan kain tersebut saya balutkan menutupi seluruh tiang. Tapi sayangnya, lebar kain yang saya beli tidak cukup untuk menutupi sampai ke bagian bawah untu bagian belakang tenda. Jadi saya akali aja pakai kain gorden, hehehe. Kain gorden saya geraikan memanjang ke bawah, lalu cari titik tengah atasnya, lalu saya balutkan ke depan, di bagian depannya saya jepit aja pakai penjepit kertas, udah. Jadi cover tepee tent saya terdiri dari 2 layer. Udah, jadi deh. Simpel kan?
Nah si kayu lamtoro yang dibawain mama saya itu
saya pake buat jadi tiang jemuran, untuk ngegantung baju-baju newborn Erich
yang saya jadiin media buat nempelin tulisan 11 Months. Soalnya kalau pake
milestone cards udah percuma, tar habis diuyel-uyel tu kartu. Ngomongin soal tepee tent kan identik banget sama Suku Indian kan ya.
Nah, saya juga pengen tuh ada tambahan unsur-unsur Indian biar cuma dikiiit.
Jadi saya memutuskan untuk membuatkan bocah saya monochrome diy paper war
bonnet. Bahan-bahannya: kertas karton warna hitam dan putih, gunting,
lem/perekat/selotip, stapler, tali/pita, tusuk gigi. Karena bikinnya dadakan, jadi ga sempat lagi nyari
bulu beneran. Ya udah bikin bulu-bulu dari kertas aja. Kertas saya guting
berbentuk bulu ayam. Lalu tangkainya saya gunakan tusuk gigi. Setelah bulu
terkumpul, saya tempelkan aja di kertas dasarnya, yang nanti akan dilingkarkan
di kepala. Awalnya saya pake tali untuk nantinya diiket di kepala Erich. Tapi
saat dia mulai bosan, suka ditarik-tarik tuh talinya. Jadi saya perbaiki aja
pake kertas, jadi seluruhnya kertas yang melingkar di kepala si baby. Nah buat
saya juga saya bikin lho, tapi ga pake tusuk gigi, capek nempel-nempelnya.
Yaah dan itulah diaa tepee tent untuk foto 11 bulan si Erich. Syukur banget masih sempat foto di halaman. Karena setelahnya kita terpaksa pindah ke dalam rumah karena hujan. But it was really fun though.
Yaah dan itulah diaa tepee tent untuk foto 11 bulan si Erich. Syukur banget masih sempat foto di halaman. Karena setelahnya kita terpaksa pindah ke dalam rumah karena hujan. But it was really fun though.
0 komentar:
Post a Comment